Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan
Normal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1 Jakarta Barat Periode Juni
2017
Vania Eva Kezia, Valenchia Jeandry, Michelle
Linardi, Agung Ganjar Kurniawan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Kristen Krida Wacana
______________________________________________________________________________
Abstrak
Proses persalinan dan kelahiran merupakan suatu
proses yang alamiah setiap wanita. Persalinan normal adalah persalinan melalui
vagina atau jalan lahir biasa. Di Jakarta, proporsi kelahiran dengan persalinan
cesar rata-rata 20% dan persalinan normal 80%. Tahun 2005 angka persalinan
cesar naik menjadi 26,3 % dan 27,5 % di tahun 2006. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan persalinan normal. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan desain
kros-seksional di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta
Barat periode Juni 2017 . Jumlah sampel penelitian sebanyak 106 ibu yang pernah
melahirkan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Cara pemilihan sampel
menggunakan convenience sampling. Dari hasil analisis, didapatkan
hubungan bermakna antara usia(p value =0,000),tinggi badan (p value=0,000),pendidikan
(p value = 0,001), pengetahuan (p value = 0,003),paritas (p
value = 0,004), antenatal care (p value = 0,020), senam hamil
(p value = 0,001), dan berat badan lahir (p value = 0,002) dengan
kejadian persalinan normal, tidak terdapat hubungan bermakna antara status
pekerjaan ibu ( p value =0.948 ) terhadap kejadian persalinan normal.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor seperti usia ibu, tinggi
badan, pendidikan, pengetahuan, paritas, antenatal care, senam hamil dan
berat badan lahir bayi mempunyai hubungan dengan kejadian persalinan normal.
Kata
kunci: persalinan normal, ibu hamil, hubungan.
Abstract
Labor
and birth is a natural process and nearly experienced by every woman . vaginal
birth is deliveres through the vagina or birth canal. In Jakarta, the
proportion of births with section sesarea average 20 % and the 80% normal
delivery. In 2005 the number of section sesarea
go up again into 26,3 % and 27,5 % in 2006.This study aims to determine what
factors are associated with normal delivery. This study used analytic
desctiptive study with cross-sectional design held in the working area of Pusat
Kesehatan Masyarakat Kelurahan Grogol 1, West Jakarta in June 2017 with the
samples were a total of 106 mothers who have given birth within the last 1
year. Samples were selected using convenience sampling method. Based on the
analysis result, it showed a significant relationship between age (p value =
0,000), education level ( p value = 0,001), knowledge (p value = 0,003),
pregnancy exercise (p value = 0,001), antenatal care (p value = 0,020), height
(p value = 0,000), parity (p value = 0,004) and baby's birth weight (p value =
0,000) with normal delivery occurrence.And there was no relationship between
employement status ( p value = 0,948) with normal delivery occurrence. The
research concluded that factor such as age, height, education and knowledge of
mother, parity, antenatal care, pregnancy gymnastic and weigh born baby has
links with the incident of normal labor.
Keyword: Normal delivery, pregnant women,
relationships
Pendahuluan
Proses
persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses yang alamiah dan hampir dialami
oleh setiap wanita. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal. Persalinan
normal adalah persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa.1 Peningkatan
kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal’s (MDG’s).
Menurut MDGs peningkatan kesehatan ibu yaitu dengan menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) sebesar 3 per 4 kelahiran hidup dari AKI pada tahun 1990 yaitu 450
per 100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup yang ingin
dicapai pada tahun 2015.1 Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia
tahun 2012 AKI di Indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini
meningkat dibandingkan data SDKI tahun 2007 yang besarnya 228 kematian dan
masih merupakan kasus yang tertinggi di Asia.2 Penyebab langsung kematian ibu
di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan adalah perdarahan sebesar 28%,
eklampsi sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, partus lama sebesar 5%, dan abortus
sebesar 5%. Selain itu anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
juga menjadi penyebab utama pada kematian ibu. Rendahnya pengetahuan ibu
terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan
menjadi sebab tingginya kematian ibu selain itu juga pelayanan dan akses
mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk.2 Di Indonesia angka
persalinan secara normal mengalami penurunan terutama di kota-kota besar.
Berdasarkan data Riskesdas 2010 menunjukkan angka persalinan normal di DKI
Jakarta sebesar 72,8%. Di Denpasar angka persalinan normal pada tahun 2001
sekitar 77,7% dan pada tahun 2006 menjadi 65,6%.4 Di Jakarta, proporsi
kelahiran dengan cara persalinan normal 80% persalinan dan cesar rata-rata 20%.
Sementara menurut laporan kedokteran terbaru di tahun 2005 turun lagi menjadi
73,7 % dan pada tahun 2006 meningkat 72,5 %.3 Faktor-faktor penyebab
terjadinya faktor risiko pada ibu hamil menurut Rochjati. P (2003) meliputi:
umur ibu yang tergolong risiko tinggi ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun, paritas yang
termasuk risiko tinggi adalah ibu yang pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali
atau lebih, jarak anak yang tergolong risiko tinggi ≤ 2 tahun dan tinggi badan
yang termasuk risiko tinggi 145 cm atau kurang, yang tergolong risiko tinggi
berdasarkan riwayat obstetrik jelek meliputi persalinan yang lalu dengan
tindakan, bekas operasi cesarea, penyakit ibu, pre-eklamsi ringan, hamil
kembar, hidramnion/ hamil kembar air, janin mati dalam kandungan, hamil lebih
bulan, kelainan letak, perdarahan antepartum, dan pre-eklamsi berat/eklamsi.
Dampak yang dapat terjadi pada ibu hamil risiko tinggi yaitu keguguran,
persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, gestosis, serta kematian ibu yang tinggi.4 Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan tersebut, dengan menurunnya angka persalinan
normal, dan masih sedikitnya penelitian mengenai persalinan normal di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan normal di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1 periode Juni 2017.
Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah studi
deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional terhadap
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Normal di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat Periode Juni 2017. Populasi target
semua ibu yang pernah melahirkan di Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat. Populasi
terjangkau semua ibu yang pernah melahirkan dalam kurun waktu satu tahun
terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat pada
bulan Juni 2017.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, diambil nilai
probabilitas sebesar 0,526, lalu kemudian nilai ini dimasukkan dalam rumus
besar sampel minimal dan hasilnya didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 106 orang. Teknik sampling yang digunakan ialah teknik convenience
sampling dengan cara melakukan wawancara kepada ibu-ibu yang pernah
melahirkan dalam kurun waktu satu tahun terakhir yang datang ke posyandu yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat Sumber data terdiri dari data primer. Data primer
diambil dari subjek penelitian dengan menggunakan kuisioner yang diberikan
kepada ibu yang pernah melahirkan dalam kurun waktu satu tahun terakhir di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat. Terdapat dua cara analisis data yang digunakan yaitu analisis
univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel tergantung dan
setiap variabel bebas, dan analisis bivariat dengan uji statistik chi square
terhadap pasangan variabel tergantung pasangan variabel bebas tertentu.
Hasil
Berdasarkan tabel 1 didapatkan sebaran variabel
independen penelitian yaitu usia ibu, dengan hasil 69,8 % (20-35 tahun) dan
30,2% (< 20 atau > 35 tahun); tinggi badan ibu, dengan hasil 91,5 % (>
145 cm) dan 8,5 % (≤ 145 cm); tingkat
pendidikan ibu, dengan hasil 13,2 % (tinggi), 53.8 % (sedang), dan 33,0 %
(rendah); tingkat pengetahuan dengan hasil 23,6 % (baik), 50,0 % (cukup), 26,4
% (kurang), status pekerjaan, dengan hasil 47,2 % (tidak bekerja), 52,8 %
(bekerja); paritas, dengan hasil 88,7 % (< 4 kali), 11,3 % (≥ 4 kali); ANC, dengan hasil 75,5% (≥ 4 kali), 24,5 % (< 4 kali); senam hamil,
dengan hasil 61,3 % (pernah), 38,7 % (tidak pernah); berat badan lahir bayi
89,6 % (< 4000 gram), 10,4 % (≥ 4000 gram).
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Variabel
Independen
Variabel
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentasi
(%)
|
Usia
Ibu
|
20
– 35 tahun
|
74
|
69.8
|
<
20 atau > 35 tahun
|
32
|
30.2
|
|
Tinggi
Badan
|
>
145 cm
|
97
|
91.5
|
<
145 cm
|
9
|
8.5
|
|
Tingkat
Pendidikan
|
Tinggi
|
14
|
13.2
|
Sedang
|
57
|
53.8
|
|
Rendah
|
35
|
33.0
|
|
Tingkat
Pengetahuan
|
Baik
|
25
|
23.6
|
Cukup
|
53
|
50.0
|
|
Kurang
|
28
|
26.4
|
|
Status
Pekerjaan
|
Tidak
Bekerja
|
50
|
47.2
|
Bekerja
|
56
|
52.8
|
|
Paritas
|
<
4 kali
|
94
|
88.7
|
|
>
4 kali
|
12
|
11.3
|
ANC
|
>
4 kali
|
80
|
75.5
|
<
4 kali
|
26
|
24.5
|
|
Senam
Hamil
|
Pernah
|
65
|
61.3
|
Tidak
Pernah
|
41
|
38.7
|
|
Berat
Badan Lahir Bayi
|
<
4000 gram
|
95
|
89.6
|
≥
4000 gram
|
11
|
10.4
|
Berdasarkan
tabel 2, didapatkan sebaran variabel dependen penelitian, yaitu ); persalinan dengan
hasil 71,7 % (normal), 28,3 % (abnormal).
Tabel
2. Hasil Analisis Univariat Variabel Dependen
Persalinan
|
Normal
|
76
|
71.7
|
Abnormal
|
30
|
28.3
|
Berdasarkan
tabel 3 hasil analisis antara varibael independen dan dependen didapatkan ada
hubungan yang bermakna antara usia ibu (p-value
= 0.000), tinggi badan (p-value =
0.000), tingkat pendidikan (p-value =
0,001), tingkat pengetahuan (p-value
= 0.003), status pekerjaan (p-value =
0.948), paritas (p-value = 0.004),
ANC (p-value = 0.020), senam hamil (p-value = 0.001), berat badan lahir bayi
(p-value = 0.002) dengan kejaian
persalinan di Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat, Juni 2017.
Tabel 3. Uji Statistik antara Usia Ibu, Tinggi Badan
Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Tingkat Pengetahuan Ibu, Status Pekerjaan Ibu,
Paritas, Antenatal Care (ANC), Senam
Hamil
, dan Berat Badan Lahir Bayi pada Ibu yang Pernah
Melahirkan dalam Kurun Waktu Satu Tahun Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat, Juni 2017.
Variabel
|
Kategori
|
Persalinan
|
Uji Statistik
|
Nilai P
|
H0
|
|
Normal
|
Abnormal
|
|||||
Usia Ibu
|
20 – 35 tahun
|
63
|
11
|
Chi-Square
|
0.000
|
Ditolak
|
< 20 atau > 35 tahun
|
13
|
19
|
||||
Tinggi Badan
|
> 145 cm
|
75
|
22
|
Fisher
|
0.000
|
Ditolak
|
< 145 cm
|
1
|
8
|
||||
Tingkat Pendidikan
|
Tinggi
|
9
|
5
|
Chi-Square
|
0.001
|
Ditolak
|
Sedang
|
49
|
8
|
||||
Rendah
|
18
|
17
|
||||
Tingkat Pengetahuan
|
Baik
|
19
|
6
|
Chi-Square
|
0.003
|
Ditolak
|
Cukup
|
44
|
9
|
||||
Kurang
|
13
|
15
|
||||
Status Pekerjaan
|
Tidak Bekerja
|
36
|
14
|
Chi-Square
|
0.948
|
Gagal Ditolak
|
Bekerja
|
40
|
16
|
||||
Paritas
|
< 4 kali
|
72
|
22
|
Fisher
|
0.004
|
Ditolak
|
> 4 kali
|
4
|
8
|
||||
ANC
|
> 4 kali
|
62
|
18
|
Chi-Square
|
0.020
|
Ditolak
|
< 4 kali
|
14
|
12
|
||||
Senam Hamil
|
Pernah
|
54
|
11
|
Chi-Square
|
0.001
|
Ditolak
|
Tidak Pernah
|
22
|
19
|
||||
Berat Badan Lahir
Bayi
|
< 4000 gram
|
73
|
22
|
Fisher
|
0.002
|
Ditolak
|
≥ 4000 gram
|
3
|
8
|
Pembahasan
Usia
Ibu
Usia ibu
hamil sendiri dikelompokkan menjadi dua jenis usia yaitu usia ideal untuk
berreproduksi dan melahirkan dengan usia risiko untuk berreproduksi dan
melahirkan. Usia ideal untuk bereproduksi dan melahirkan yaitu pada usia 20 – 35 tahun dimana hormon-hormon reproduksi sudah
matang dan berfungsi dengan baik dan merupakan usia kesuburan serta usia
produktif seseorang, sedangkan usia risiko untuk bereproduksi dan melahirkan
yaitu usia <20 tahun dan usia > 35 tahun.37 Usia <20 tahun
dikatakan risiko tinggi karena hormon-hormon reproduksi belum dikatakan matang,
fungsi reproduksinya belum maksimal dan meningkatkan risiko preeklampsia, dan
kekuatan otot-otot perut yang belum bekerja secara optimal.5
Usia >
35 tahun juga dikatakan risiko tinggi karena hormon reproduksi sudah mulai
tidak bekerja dengan baik yang dihubungkan dengan keadaan menuju menopause.
Risiko dalam masalah seperti tekanan darah tinggi, gestasional diabetes, dan
komplikasi selama persalinan dapat terjadi pada ibu dengan usia > 35 tahun.36Pada
umur ini keadaan jalan lahir juga sudah mulai kurang elastis dibandingkan
sebelumnya sehingga mengakibatkan persalinan menjadi sulit dan lama. Hal ini
mengakibatkan pemikiran opsi persalinan lai dengan tindakan untuk mengurangi
risiko yang ada. 5
Pada penelitian kami didapatkan usia ibu mempunyai hubungan yang
signifikan dengan jenis persalinan. Hal
ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan Chi-square antara variabel usia ibu
dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,000(p < 0,05).39
Hal ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa mengenai
faktor-faktor risiko persalinan seksio sesearea dengan didapatkan adanya
hubungan bermakna antara usia ibu dengan persalinan normal dengan p value = 0,001.6
Tinggi
Badan Ibu
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa tinggi badan ibu memiliki
pengaruh yang bermakna terhadap jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan
dari hasil uji dengan Fisher exact test antara variabel tinggi badan ibu dengan
jenis persalinan diperoleh p = 0,000 (p< 0,05) yang menandakan adanya
hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu dengan jenis persalinan.7
Hasil penelitian kami sejalan dengan penelitian Permatasari A yang
menyatakan bahwa tinggi badan ibu dengan jenis persalinan memiliki hubungan
yang signifikan dengan p=0,001. Pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm,
risiko untuk mengalami jenis persalinan dengan tindakan 5 kali lebih tinggi
daripada tinggi badan > 145 cm. Menurut Camilleri AP, tinggi badan
berpengaruh pada ukuran panggul. Jika tinggi badan ≤145cm, akan berisiko
panggul sempit. Tinggi badan ini identik menunjukkan ukuran panggul. Semakin
pendek seseorang, panggulnya juga semakin sempit. Kesempitan panggul yang
mempunyai pengaruh pada persalinan yaitu kesempitan panggul secara fungsional
artinya perbandingan antara kepala dan panggul.8
Hal tersebut sesuai pula dengan teori yang ada bahwa tinggi badan yang
pendek biasanya memiliki ukuran panggul yang sempit, sehingga tidak
proporsional untuk jalan lahir kepala (disproporsi panggul kepala). Menurut
Nurmala dan Putra, prevalensi persalinan seksio sesarea pada wanita tubuh
pendek lebih sering terjadi.9 Hal ini merupakan indikasi utama untuk
persalinan seksio sesarea. Sejalan dengan Nurmala dan Putra, penelitian yang
dilakukan Herlina dan Kritiana mengemukakakan bahwa seseorang yang memiliki
tinggi badan yang memadai memiliki ruang yang lebih besar sehingga memudahkan
proses persalinan10 Studi lain oleh Camillerie juga menjelaskan hal
yang sama bahwa peningkatan risiko seksio sesarea terjadi pada wanita bertubuh
pendek.8
Tingkat
Pendidikan
Tingkat
pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan tentang persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh dan
tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan
memakai pengetahuan.11
Berdasarkan penelitian kami ditemukan pendidikan ibu mempunyai hubungan yang
signifikan dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji
chi-square antara variabel tingkat pendidikan ibu dengan variabel jenis
persalinan diperoleh p = 0,001(p < 0,05). Penelitian yang dilakukan
oleh Rohmah menyatakan bahwa ibu dengan pendidikan rendah memberikan risiko
sebesar 9,3 kali lebih besar mengalami kejadian kala II lama yang merupakan
indikasi persalinan tindakan.12 Hal ini serupa pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mulidah S,dkk, dengan didapatkannya adanya
hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian persalinan normal (p
value = 0,002).13
Tingkat
Pengetahuan
Pada
penelitian ini didapatkan adanya
hubungan yang signifikan dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan
dari hasil uji dengan chi-square antara variabel tingkat pengetahuan ibu dengan
variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,003(p < 0,05). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan kurang lebih banyak
yang mengalami persalinan abnormal. Hal ini dikarenakan ibu yang berpengetahuan
kurang tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya serta tidak dipersiapkan
dengan teknik relaksasi dan pernafasan untuk mengatasi kontraksinya akan
menangis dan bergerak tak terkendali di tempat tidur hanya karena kontraksi
ringan. Sebaliknya, ibu yang berpengetahuan cukup dan baik mengetahui apa yang
harus dipersiapkan dalam menghadapi pengalaman persalinan dan teknik meneran
yang baik. Sehingga ibu yang
berpengetahuan cukup dan baik tidak menunjukkan kecemasan, kehilangan
kendali atau menangis bahkan pada kontraksi yang hebat sekalipun.14
Menurut
Nurachmah (2004), mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang kehamilan
merupakan penyebab utama terjadinya kematian ibu pada saat melahirkan karena
kualitas kehamilan sangat menentukan keberhasilan proses persalinan secara
aman. Seorang ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang lebih tentang risiko
tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu tersebut akan berpikir untuk
menentukan sikap yang tepat, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau
mengatasi risiko kehamilan untuk menjaga agar kehamilan dan persalinannya
berjalan baik dan aman, sehingga ibu memiliki kesadaran untuk melakukan
kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya.15 Sama
seperti penelitian yang dilakukan Suyati dkk mengenai hubungan pengetahuan ibu
hamil tentang proses persalinan dengan kejadian persalinan normal didapatkan
adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu mengenai proses persalinan
dengan kejadian persalinan normal dengan p value = 0,013 (p value<
0,05).16
Status
Pekerjaan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Grogol I, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2017, kami menemukan bahwa status
pekerjaan ibu tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis persalinan. Hal ini
dibuktikan dengan uji statistic dengan chi-square diperoleh p = 0.948
(>0.05) yang berarti tidak adanya hubungan yang signifikan antara status
pekerjaan dengan jenis persalinan.17 Namun hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Harun HM, dkk mengenai hubungan
karakteristik dan perilaku ibu dengan status persalinan yang menyatakan bahwa
ibu yang tidak bekerja lebih banyak yang melakukan persalinan normal dengan p-value
= 0,003 (p value< 0,05). Sehingga dikatakan terdapat hubungan
bermakna antara status pekerjaan dengan jenis persalinan.18 Hal ini mungkin dikarenakan ibu hamil yang
bekerja rentan terkena penyakit seperti anemia karena pada saat bekerja mulai
dari pagi ibu hamil tidak sarapan atau selama bekerja tidak memperhatikan
asupan nutrisinya, serta juga dapat menyebabkan kelelahan dan stres akibat
kerja sehingga ibu yang bekerja dapat membahayakan kesehatan janin yang akan
dilahirkan. Salah satu alasan ibu yang bekerja pada penelitian ini adalah
rata-rata pendapatan keluarga rendah sehingga seorang ibu harus bekerja untuk
mencukupi kebutuhan keluarga.17
Paritas
Berdasarkan
penelitian kami, didapatkan paritas mempunyai hubungan yang signifikan dengan
jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan Fisher antara
variabel paritas dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,004(p <
0,05).19 Penelitian ini sesuai dengan penelitian Winarsih bahwa ibu
yang berparitas risiko rendah lebih banyak yang melakukan persalinannya normal
dibandingkan ibu yang berparitas risiko tinggi. Uji Chi-Square pada
penelitian ini,menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan
jenis persalinan dimana p Value = 0,001
lebih kecil dari α = 0,05.20 Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ibu yang berparitas tinggi lebih banyak mengalami persalinan yang
abnormal. Uterus wanita yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja
tidak efisien dalam semua kala persalinan. Hal ini disebabkan pada ibu dengan
paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi atonia uteri. Atonia
uteri pada ibu dengan paritas tinggi terjadi karena kondisi miometrium dan
tonus ototnya sudah tidak baik lagi sehingga menimbulkan kegagalan kompresi pembuluh
darah pada tempat implantasi plaseta yang akibatnya terjadi perdarahan
postpartum.20
Ante
Natal Care (ANC)
Frekuensi ANC menunjukan kepedulian ibu hamil dalam merawat dan
memperhatikan kesehatan dirinya salama hamil dan bayi yang dikandungnya serta
betul-betul mempersiapkan persalinan yang akan dihadapi. Semakin sering
melakukan ANC, berarti ibu tidak peduli untuk merawat kehamilannya (careness).
Hal ini juga berhubungan dengan keterjangkauan (acessibilitas) pelayanan
kesehatan, kemampuan ibu dari segi biaya dan kemauan (kesediaan) ibu dalam
merawat kehamilannya. Standar pemeriksaan oleh WHO dan direkomendasikan oleh
Departemen Kesehatan adalah minimal 4 kali selama kehamilan.21 Hal
ini untuk mengetahui perkembangan janin dan adanya kelainan-kelainan yang
terjadi selama kehamilan. Terutama pada trimester ketiga kehamilan, pemeriksaan
berperan untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu, misalnya anemia dan kondisi
janin untuk menyiapkan proses persalinan. Sehingga apabila keadaan dapat
diperbaiki, makan persalinan dapat berjalan normal.22 Berdasarkan
hasil ini, kami mendapatkan Ante Natal Care (ANC) > 4 kali yang
dilakukan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan jenis persalinan. Hal
ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan chi-square antara variabel ANC
dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,03 (p < 0,05).23 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Simanjuntak J dkk mengenai hubungan jumlah pemeriksaan antenatal dengan
hasil kehamilan dan persalinan dengan menggunakan analisa data uji chi square
dengan α = 0,05 didapatkan p = 0.001 yang menyatakan bahwa ibu dengan jumlah
pemeriksaan antenatal < 4 kali lebih banyak melakukan persalinan dengan
tindakan, sebaliknya ibu dengan jumlah pemeriksaan antenatal > 4 kali
lebih banyak melakukan persalinan dengan persalinan spontan.19 Penelitian
Supriyati, Doeljachman dan Susilowati juga menyimpulkan bahwa ibu hamil yang
mempunyai riwayat ANC yang kurang akan bersiko 6,2 kali lebih besar untuk
mengalami distosia persalinan sebagai salah satu indikasi persalinan dengan
tindakan.24
Senam
Hamil
Berdasarkan penelitaian ini didapatkan adanya hubungan yang signifikan
antara senam hamil dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari
hasil uji dengan uji Chi square antara variabel senam hamil dengan variabel
jenis persalinan diperoleh p = 0,001(p < 0,05). Senam hamil berperan
untuk memperkuat kontraksi dan mempertahankan kelenturan otot-otot dinding
perut, ligamenligamen, otot-otot dasar panggul dan lain-lain yang menahan
tekanan tambahan dan berhubungan dengan persalinan.25
Secara
fisiologis, latihan ini akan membalikkan efek stress yang melibatkan bagian
parasimpatik dari system saraf pusat. Parasimpatik akan memperlambat kerja
alat-alat internal tubuh. Seiring dengan penurunan tingkat hormon penyebab
stress maka seluruh badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat. Dengan
senam hamil vaskularisasi dari rahim ke plasenta menjadi lebih baik yang
menjamin suplai oksigen dan nutrisi ke janin mencukupi. Latihan-latihan yang
dilakukan pada senam hamil tujuan utamanya adalah agar ibu hamil memperoleh
kekuatan dan tonus otot yang baik, teknik pernapasan yang baik, yang penting
dalam proses persalinan terutama saat persalinan kala II dalam hal ini adalah
power pada persalinan.26 Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari PY, didapatkan adanya hubungan antara
senam hamil dengan kejadian persalinan normal (p value = 0,01).27 Sama
seperti penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Aulia H, Hindun
S, dalam analisis hubungan antara senam hamil dengan proses persalinan
diperoleh bahwa Ibu yang melakukan senam hamil dengan persalinan normal sebesar
61,06% sedangkan yang tidak normal sebesar 34,85% didapatkan adanya hubungan
bermakna antara senam hamil dengan proses persalinan kala II (p value = 0,014, OR = 0,419), dengan kata lain ibu-ibu
yang tidak senam hamil mempunyai risiko untuk terjadinya partus tidak normal
sebesar 0,419 kali dibandingan ibu-ibu yang senam hamil.28
Berat
Badan Lahir Bayi
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan berat badan lahir bayi memiliki
pengaruh yang bermakna terhadap jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan
dari hasil uji dengan Fisher antara variabel berat badan lahir bayi dengan
jenis persalinan diperoleh p = 0,002 (p< 0,05) yang menandakan adanya
hubungan yang signifikan antara berat badan lahir bayi dengan jenis persalinan.
Hasil penelitian kami sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lidya K,
dkk, yang menyatakan adanya hubungan antara makrosomia dengan kejadian
persalinan cesario sectio. Hal ini dibuktikan denga analisis data dengan p
value = 0,03 (p value< 0,05).29
Hal ini sesuai pula dengan teori yang menyatakan bahwa berat badan
janin dapat mempengaruhi proses persalinan normal. Besarnya janin dalam uterus
dan ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan keadekuatan
panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini sehingga berat badan janin dapat
mempengaruhi proses persalinan dan sesuai dengan mekanisme persalinan merupakan
suatu proses dimana kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelvik
dengan menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelvik melalui proses
sinklitismus, sinklitismus posterior, sinklitismus anterior, fleksi maksimal,
rotasi internal, ekstensi, ekspulsi, rotasi eksternal dan ekspulsi total.30
Namun pada beberapa kasus proses ini tidak berlangsung dengan
sempurna, karena adanya kelainan letak dan presentasi sehingga proses tersebut
pada umumnya berlangsung lama, akibat ukuran dan posisi kepala janin selain
presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul yang
disebabkan berbagai faktor diantara berat badan bayi dan paritas.30
Ukuran bayi berhubungan dengan jalan lahir. Apabila ukuran bayi yang terlalu
besar membuat bayi sulit keluar dari jalan lahir. Ini membuat opsi persalinan
dengan tindakan harus dipikirkan untuk meminimalkan hambatan/ risiko pada
proses kelahiran seperti robekan jalan lahir yang terlalu besar, partus lama/
memanjang, dan gawat janin.31
Daftar Pustaka
1. Siswosuharjo & Charawati. (2010). Panduan super lengkap hamil sehat.
Semarang. Pesona Plus B.h.4-5
2. Hardianti U, Amir Y
M, Balqis. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Antenatal Di Puskesmas
Pattingalloang Kota Makasar 2013. Jurnal
Akk 2013; No.2 (2): 35-41.
3. Ridwanamiruddin. Preeklamsi. Diunduh dari (http://ridwanamiruddin.files. com/2007/09/currentbarupreeklamsi.pdf).
Diakses Jumat 02 Juni 2017.
4. Saifuddin,
dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.h.58.
5.
Umba et al. Pre-pregnancy high risk factors at first
antenatal visit: how predictive are these of pregnancy outcomes?.Int J Women
Health 2014. 6 : 1011-8.
6.
Annisa, Silvia. Faktor-faktor
risiko persalinan seksio sesearea di rsud dr.adjidarmo lebak pada bulan
oktober-desember 2010. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah;
2011.
7.
Roosmalen van J, Brand R. Maternal height and the outcome of labor in rural Tanzania. Int J
Gynecol Obstet 1992; 37: 169–77.
8. Camilleri AP. The obstetric significance of short stature.
Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 1981; 12: 502–7.
9.
Nurmala, Dwi St,
Rimba, Putra. Evaluasi persalinan setelah seksio sesarea Di RS labuang
baji makassar selama tiga tahun. Makassar : PenelitianObsgin Sosial Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanudin Makassar Bagian Obstetri dan Ginekologi RS.
Dr. Wahidin Sudirohusodo; 2007.
10.
Herlina T, Kritiana L, Subagyo. Hubungan tinggi badan dengan
risiko cephalopelvic disproportion di RSUD dr. harjono s kabupaten ponorogo
tahun 2008. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2011; 2 : 18-22.
11.
Notoatmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2003.h.101.
12.
Rohmah N. Pendidikan prenatal upaya promosi kesehatan bagi
ibu hamil. Jakarta: Gramata Publishing; 2009.h.40.
13.
Simanjuntak, dll. Hubungan
jumlah pemeriksaan antenatal dengan hasil kehamilan dan persalinan di rsup
prof. Dr. R.d. kandou manado.
- Walangadi
NN, Kundre R, Silolonga W . Hubungan pengetahuan ibu hamil primigravida
trimester iii dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi persalinandi poli
KIA puskesmas Tuminting. Jurnal Kesehatan Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi 2014.h.1-8
15.
Shodiqoh ER, Syahrul F. Perbedaan tingkat kecemasan dalam
menghadapi persalinan antara primigravida dan multigravida. Jurnal Berkala
Epidemiologi 2014; 2 (1) : 141-50.
16.
Suyati, Azizah N, Adawiyah SR. Hubungan pengetahuan ibu
hamil tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan.
- Hartatik
S, Juaria H. Profil umur dan pekerjaan ibu bersalin persalinan cesar yang
mempunyai riwayat persalinan cesar . Jurnal Kesehatan Griya Husada.
1(2).h.1-5.
18.
Harun HM, dkk. Hubungan karakteristik dan perilaku ibu
dengan status persalinan di wilayah pesisir kecamatan tallo makassar. 2000.
Makasar; Unhas.
19.
Edyanti DB, Indawati R. Faktor pada ibu yang berhubungan
dengan kejadian komplikasi kebidanan. Jurnal Biometrika dan Kependudukan 2014;
3 (1) : 1-7.
20.
Winarsih L. Hubungan tingkat pengetahuan, paritas, dan usia
ibu hamil dengan jenis persalinan di
rumah sakit bersalin pemerintah kota malang. Jurnal Kebidanan 2009. 1-17.
- Departemen
Kesehtan RI. Pelayanan kesehatan ibu hamil resiko tinggi. Jakarta. Depkes.
1996
- Machmudah.
Pengaruh persalinan dengan komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya post
partum blues di kota semarang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.
- Machmudah.
Pengaruh persalinan dengan komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya post
partum blues di kota semarang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.
24.
Supriyati, Doeljachman, Susilowati. Faktor sosio demogradi
dan perilaki ibu hamil dalam perawatan anternatal sebagai risiko kejadian
distokia di RSUP Dr Sardjito yogyakarta. Berita Kesehatan Masyarakat. 2000. vol
XVIII; no 2 p : 65-70.
25. Depkes. RI. Standar
pelayanan kebidanan. Jakarta 2007.
26.
Varney H. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC;
2006.
27.
Wulandari PY. Efektivitas senam hamil sebagai pelayanan
prenatal dalam menurunkan kecemasan menghadapi persalinan pertama. Jurnal Insan
2006; 8 (2) : 1-10; 136-45.
28.
Aulia H, Hindun S. Pengaruh senam hamil terhadap proses
persalinan normal di klinik YK Madira Palembang. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 2010;42(1) : 2782-7.
29.
Brabin L, Verhoeff F, Brabin BJ. Maternal height, birth weight and cephalo-pelvic disproportion in urban
Nigeria and rural Malawi. Acta Obstet Gynecol Scand 2002; 81: 502–7.
30.
Wiknjosastro H, Saifuddin A.B., Rachimhadhi T., editor. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2005.h.171-191.
31.
Manuaba dkk. Buku Ajar
Patalogi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Edisi I. Jakarta:
EGC;2006.h.289-31.