Kamis, 13 September 2018

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Normal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1 Jakarta Barat Periode Juni 2017


Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Normal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1 Jakarta Barat Periode Juni 2017
Vania Eva Kezia, Valenchia Jeandry, Michelle Linardi, Agung Ganjar Kurniawan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Kristen Krida Wacana
______________________________________________________________________________

Abstrak

Proses persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses yang alamiah setiap wanita. Persalinan normal adalah persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa. Di Jakarta, proporsi kelahiran dengan persalinan cesar rata-rata 20% dan persalinan normal 80%. Tahun 2005 angka persalinan cesar naik menjadi 26,3 % dan 27,5 % di tahun 2006. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor  yang berhubungan dengan persalinan normal. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain  kros-seksional di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat periode Juni 2017 . Jumlah sampel penelitian sebanyak 106 ibu yang pernah melahirkan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Cara pemilihan sampel menggunakan convenience sampling. Dari hasil analisis, didapatkan hubungan bermakna antara usia(p value =0,000),tinggi badan (p value=0,000),pendidikan (p value = 0,001), pengetahuan (p value = 0,003),paritas (p value = 0,004), antenatal care (p value = 0,020), senam hamil (p value = 0,001), dan berat badan lahir (p value = 0,002) dengan kejadian persalinan normal, tidak terdapat hubungan bermakna antara status pekerjaan ibu ( p value =0.948 ) terhadap kejadian persalinan normal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor seperti usia ibu, tinggi badan, pendidikan, pengetahuan, paritas, antenatal care, senam hamil dan berat badan lahir bayi mempunyai hubungan dengan kejadian persalinan normal.

Kata kunci: persalinan normal, ibu hamil, hubungan.

Abstract
Labor and birth is a natural process and nearly experienced by every woman . vaginal birth is deliveres through the vagina or birth canal. In Jakarta, the proportion of births with section sesarea average 20 % and the 80% normal delivery. In 2005 the number of section sesarea  go up again into 26,3 % and 27,5 % in 2006.This study aims to determine what factors are associated with normal delivery. This study used analytic desctiptive study with cross-sectional design held in the working area of Pusat Kesehatan Masyarakat Kelurahan Grogol 1, West Jakarta in June 2017 with the samples were a total of 106 mothers who have given birth within the last 1 year. Samples were selected using convenience sampling method. Based on the analysis result, it showed a significant relationship between age (p value = 0,000), education level ( p value = 0,001), knowledge (p value = 0,003), pregnancy exercise (p value = 0,001), antenatal care (p value = 0,020), height (p value = 0,000), parity (p value = 0,004) and baby's birth weight (p value = 0,000) with  normal delivery occurrence.And there was no relationship between employement status ( p value = 0,948) with normal delivery occurrence. The research concluded that factor such as age, height, education and knowledge of mother, parity, antenatal care, pregnancy gymnastic and weigh born baby has links with  the incident of normal labor.


Keyword: Normal delivery, pregnant women, relationships


Pendahuluan
Proses persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses yang alamiah dan hampir dialami oleh setiap wanita. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal. Persalinan normal adalah persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa.1 Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal’s (MDG’s). Menurut MDGs peningkatan kesehatan ibu yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 3 per 4 kelahiran hidup dari AKI pada tahun 1990 yaitu 450 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup yang ingin dicapai pada tahun 2015.1 Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 AKI di Indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini meningkat dibandingkan data SDKI tahun 2007 yang besarnya 228 kematian dan masih merupakan kasus yang tertinggi di Asia.2 Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan adalah perdarahan sebesar 28%, eklampsi sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, partus lama sebesar 5%, dan abortus sebesar 5%. Selain itu anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil juga menjadi penyebab utama pada kematian ibu. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan menjadi sebab tingginya kematian ibu selain itu juga pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk.2 Di Indonesia angka persalinan secara normal mengalami penurunan terutama di kota-kota besar. Berdasarkan data Riskesdas 2010 menunjukkan angka persalinan normal di DKI Jakarta sebesar 72,8%. Di Denpasar angka persalinan normal pada tahun 2001 sekitar 77,7% dan pada tahun 2006 menjadi 65,6%.4 Di Jakarta, proporsi kelahiran dengan cara persalinan normal 80% persalinan dan cesar rata-rata 20%. Sementara menurut laporan kedokteran terbaru di tahun 2005 turun lagi menjadi 73,7 % dan pada tahun 2006 meningkat 72,5 %.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya faktor risiko pada ibu hamil menurut Rochjati. P (2003) meliputi: umur ibu yang tergolong risiko tinggi ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun, paritas yang termasuk risiko tinggi adalah ibu yang pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, jarak anak yang tergolong risiko tinggi ≤ 2 tahun dan tinggi badan yang termasuk risiko tinggi 145 cm atau kurang, yang tergolong risiko tinggi berdasarkan riwayat obstetrik jelek meliputi persalinan yang lalu dengan tindakan, bekas operasi cesarea, penyakit ibu, pre-eklamsi ringan, hamil kembar, hidramnion/ hamil kembar air, janin mati dalam kandungan, hamil lebih bulan, kelainan letak, perdarahan antepartum, dan pre-eklamsi berat/eklamsi. Dampak yang dapat terjadi pada ibu hamil risiko tinggi yaitu keguguran, persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, gestosis, serta kematian ibu yang tinggi.4 Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, dengan menurunnya angka persalinan normal, dan masih sedikitnya penelitian mengenai persalinan normal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan normal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1 periode Juni 2017.

Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional terhadap Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Normal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat Periode Juni 2017. Populasi target semua ibu yang pernah melahirkan di Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat. Populasi terjangkau semua ibu yang pernah melahirkan dalam kurun waktu satu tahun terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat pada bulan Juni 2017.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, diambil nilai probabilitas sebesar 0,526, lalu kemudian nilai ini dimasukkan dalam rumus besar sampel minimal dan hasilnya didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 106 orang. Teknik sampling yang digunakan ialah teknik convenience sampling dengan cara melakukan wawancara kepada ibu-ibu yang pernah melahirkan dalam kurun waktu satu tahun terakhir yang datang ke posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat Sumber data terdiri dari data primer. Data primer diambil dari subjek penelitian dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada ibu yang pernah melahirkan dalam kurun waktu satu tahun terakhir di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat.  Terdapat dua cara analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel tergantung dan setiap variabel bebas, dan analisis bivariat dengan uji statistik chi square terhadap pasangan variabel tergantung pasangan variabel bebas tertentu.
Hasil
Berdasarkan tabel 1 didapatkan sebaran variabel independen penelitian yaitu usia ibu, dengan hasil 69,8 % (20-35 tahun) dan 30,2% (< 20 atau > 35 tahun); tinggi badan ibu, dengan hasil 91,5 % (> 145 cm) dan 8,5 % ( 145 cm); tingkat pendidikan ibu, dengan hasil 13,2 % (tinggi), 53.8 % (sedang), dan 33,0 % (rendah); tingkat pengetahuan dengan hasil 23,6 % (baik), 50,0 % (cukup), 26,4 % (kurang), status pekerjaan, dengan hasil 47,2 % (tidak bekerja), 52,8 % (bekerja); paritas, dengan hasil 88,7 % (< 4 kali), 11,3 % ( 4 kali); ANC, dengan hasil 75,5% ( 4 kali), 24,5 % (< 4 kali); senam hamil, dengan hasil 61,3 % (pernah), 38,7 % (tidak pernah); berat badan lahir bayi 89,6 % (< 4000 gram), 10,4 % ( 4000 gram).


Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Variabel Independen
Variabel
Kategori
Frekuensi
Persentasi (%)
Usia Ibu
20 – 35 tahun
74
69.8
< 20 atau > 35 tahun
32
30.2
Tinggi Badan
> 145 cm
97
91.5
< 145 cm
9
8.5
Tingkat Pendidikan
Tinggi
14
13.2
Sedang
57
53.8
Rendah
35
33.0
Tingkat Pengetahuan
Baik
25
23.6
Cukup
53
50.0
Kurang
28
26.4
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja
50
47.2
Bekerja
56
52.8
Paritas
< 4 kali
94
88.7

> 4 kali
12
11.3
ANC
> 4 kali
80
75.5
< 4 kali
26
24.5
Senam Hamil
Pernah
65
61.3
Tidak Pernah
41
38.7
Berat Badan Lahir Bayi
< 4000 gram
95
89.6
≥ 4000 gram
11
10.4

            Berdasarkan tabel 2, didapatkan sebaran variabel dependen penelitian, yaitu ); persalinan dengan hasil 71,7 % (normal), 28,3 % (abnormal).
            Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Variabel Dependen
Persalinan
Normal
76
71.7
Abnormal
30
28.3

Berdasarkan tabel 3 hasil analisis antara varibael independen dan dependen didapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia ibu (p-value = 0.000), tinggi badan (p-value = 0.000), tingkat pendidikan (p-value = 0,001), tingkat pengetahuan (p-value = 0.003), status pekerjaan (p-value = 0.948), paritas (p-value = 0.004), ANC (p-value = 0.020), senam hamil (p-value = 0.001), berat badan lahir bayi (p-value = 0.002) dengan kejaian persalinan di Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat, Juni 2017.




Tabel 3. Uji Statistik antara Usia Ibu, Tinggi Badan Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Tingkat Pengetahuan Ibu, Status Pekerjaan Ibu, Paritas, Antenatal Care (ANC), Senam Hamil

, dan Berat Badan Lahir Bayi pada Ibu yang Pernah Melahirkan dalam Kurun Waktu Satu Tahun Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Jakarta Barat, Juni 2017.

Variabel
Kategori
Persalinan
Uji Statistik
Nilai P
H0
Normal
Abnormal
Usia Ibu
20 – 35 tahun
63
11
Chi-Square
0.000
Ditolak
< 20 atau > 35 tahun
13
19
Tinggi Badan
> 145 cm
75
22
Fisher
0.000
Ditolak
< 145 cm
1
8
Tingkat Pendidikan
Tinggi
9
5
Chi-Square
0.001
Ditolak
Sedang
49
8
Rendah
18
17
Tingkat Pengetahuan
Baik
19
6
Chi-Square
0.003
Ditolak
Cukup
44
9
Kurang
13
15
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja
36
14
Chi-Square
0.948
Gagal Ditolak
Bekerja
40
16
Paritas
< 4 kali
72
22
Fisher
0.004
Ditolak
> 4 kali
4
8
ANC
> 4 kali
62
18
Chi-Square
0.020
Ditolak
< 4 kali
14
12
Senam Hamil
Pernah
54
11
Chi-Square
0.001
Ditolak
Tidak Pernah
22
19
Berat Badan Lahir Bayi
< 4000 gram
73
22
Fisher
0.002
Ditolak
≥ 4000 gram
3
8

Pembahasan

Usia Ibu
            Usia ibu hamil sendiri dikelompokkan menjadi dua jenis usia yaitu usia ideal untuk berreproduksi dan melahirkan dengan usia risiko untuk berreproduksi dan melahirkan. Usia ideal untuk bereproduksi dan melahirkan yaitu pada usia 20 – 35 tahun dimana hormon-hormon reproduksi sudah matang dan berfungsi dengan baik dan merupakan usia kesuburan serta usia produktif seseorang, sedangkan usia risiko untuk bereproduksi dan melahirkan yaitu usia <20 tahun dan usia > 35 tahun.37 Usia <20 tahun dikatakan risiko tinggi karena hormon-hormon reproduksi belum dikatakan matang, fungsi reproduksinya belum maksimal dan meningkatkan risiko preeklampsia, dan kekuatan otot-otot perut yang belum bekerja secara optimal.5
            Usia > 35 tahun juga dikatakan risiko tinggi karena hormon reproduksi sudah mulai tidak bekerja dengan baik yang dihubungkan dengan keadaan menuju menopause. Risiko dalam masalah seperti tekanan darah tinggi, gestasional diabetes, dan komplikasi selama persalinan dapat terjadi pada ibu dengan usia > 35 tahun.36Pada umur ini keadaan jalan lahir juga sudah mulai kurang elastis dibandingkan sebelumnya sehingga mengakibatkan persalinan menjadi sulit dan lama. Hal ini mengakibatkan pemikiran opsi persalinan lai dengan tindakan untuk mengurangi risiko yang ada. 5
Pada penelitian kami didapatkan usia ibu mempunyai hubungan yang signifikan  dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan Chi-square antara variabel usia ibu dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,000(p < 0,05).39 Hal ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa mengenai faktor-faktor risiko persalinan seksio sesearea dengan didapatkan adanya hubungan bermakna antara usia ibu dengan persalinan normal  dengan p value = 0,001.6
Tinggi Badan Ibu
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa tinggi badan ibu memiliki pengaruh yang bermakna terhadap jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan Fisher exact test antara variabel tinggi badan ibu dengan jenis persalinan diperoleh p = 0,000 (p< 0,05) yang menandakan adanya hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu dengan jenis persalinan.7
Hasil penelitian kami sejalan dengan penelitian Permatasari A yang menyatakan bahwa tinggi badan ibu dengan jenis persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan p=0,001. Pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm, risiko untuk mengalami jenis persalinan dengan tindakan 5 kali lebih tinggi daripada tinggi badan > 145 cm. Menurut Camilleri AP, tinggi badan berpengaruh pada ukuran panggul. Jika tinggi badan ≤145cm, akan berisiko panggul sempit. Tinggi badan ini identik menunjukkan ukuran panggul. Semakin pendek seseorang, panggulnya juga semakin sempit. Kesempitan panggul yang mempunyai pengaruh pada persalinan yaitu kesempitan panggul secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.8 
Hal tersebut sesuai pula dengan teori yang ada bahwa tinggi badan yang pendek biasanya memiliki ukuran panggul yang sempit, sehingga tidak proporsional untuk jalan lahir kepala (disproporsi panggul kepala). Menurut Nurmala dan Putra, prevalensi persalinan seksio sesarea pada wanita tubuh pendek lebih sering terjadi.9 Hal ini merupakan indikasi utama untuk persalinan seksio sesarea. Sejalan dengan Nurmala dan Putra, penelitian yang dilakukan Herlina dan Kritiana mengemukakakan bahwa seseorang yang memiliki tinggi badan yang memadai memiliki ruang yang lebih besar sehingga memudahkan proses persalinan10 Studi lain oleh Camillerie juga menjelaskan hal yang sama bahwa peningkatan risiko seksio sesarea terjadi pada wanita bertubuh pendek.8
Tingkat Pendidikan
            Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh dan tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan.11 Berdasarkan penelitian kami ditemukan pendidikan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji chi-square antara variabel tingkat pendidikan ibu dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,001(p < 0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Rohmah menyatakan bahwa ibu dengan pendidikan rendah memberikan risiko sebesar 9,3 kali lebih besar mengalami kejadian kala II lama yang merupakan indikasi persalinan tindakan.12 Hal ini serupa pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulidah S,dkk, dengan didapatkannya adanya hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian persalinan normal (p value = 0,002).13
Tingkat Pengetahuan
Pada penelitian ini  didapatkan adanya hubungan yang signifikan dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan chi-square antara variabel tingkat pengetahuan ibu dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,003(p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan kurang lebih banyak yang mengalami persalinan abnormal. Hal ini dikarenakan ibu yang berpengetahuan kurang tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya serta tidak dipersiapkan dengan teknik relaksasi dan pernafasan untuk mengatasi kontraksinya akan menangis dan bergerak tak terkendali di tempat tidur hanya karena kontraksi ringan. Sebaliknya, ibu yang berpengetahuan cukup dan baik mengetahui apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi pengalaman persalinan dan teknik meneran yang baik. Sehingga ibu yang  berpengetahuan cukup dan baik tidak menunjukkan kecemasan, kehilangan kendali atau menangis bahkan pada kontraksi yang hebat sekalipun.14
Menurut Nurachmah (2004), mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang kehamilan merupakan penyebab utama terjadinya kematian ibu pada saat melahirkan karena kualitas kehamilan sangat menentukan keberhasilan proses persalinan secara aman. Seorang ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang lebih tentang risiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu tersebut akan berpikir untuk menentukan sikap yang tepat, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi risiko kehamilan untuk menjaga agar kehamilan dan persalinannya berjalan baik dan aman, sehingga ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya.15 Sama seperti penelitian yang dilakukan Suyati dkk mengenai hubungan pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan kejadian persalinan normal didapatkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu mengenai proses persalinan dengan kejadian persalinan normal dengan p value = 0,013 (p value< 0,05).16
Status Pekerjaan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol I, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2017, kami menemukan bahwa status pekerjaan ibu tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis persalinan. Hal ini dibuktikan dengan uji statistic dengan chi-square diperoleh p = 0.948 (>0.05) yang berarti tidak adanya hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan jenis persalinan.17 Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harun HM, dkk mengenai hubungan karakteristik dan perilaku ibu dengan status persalinan yang menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja lebih banyak yang melakukan persalinan normal dengan p-value = 0,003 (p value< 0,05). Sehingga dikatakan terdapat hubungan bermakna antara status pekerjaan dengan jenis persalinan.18  Hal ini mungkin dikarenakan ibu hamil yang bekerja rentan terkena penyakit seperti anemia karena pada saat bekerja mulai dari pagi ibu hamil tidak sarapan atau selama bekerja tidak memperhatikan asupan nutrisinya, serta juga dapat menyebabkan kelelahan dan stres akibat kerja sehingga ibu yang bekerja dapat membahayakan kesehatan janin yang akan dilahirkan. Salah satu alasan ibu yang bekerja pada penelitian ini adalah rata-rata pendapatan keluarga rendah sehingga seorang ibu harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.17
Paritas
Berdasarkan penelitian kami, didapatkan paritas mempunyai hubungan yang signifikan dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan Fisher antara variabel paritas dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,004(p < 0,05).19 Penelitian ini sesuai dengan penelitian Winarsih bahwa ibu yang berparitas risiko rendah lebih banyak yang melakukan persalinannya normal dibandingkan ibu yang berparitas risiko tinggi. Uji Chi-Square pada penelitian ini,menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan jenis persalinan dimana p Value = 0,001  lebih kecil dari α = 0,05.20 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berparitas tinggi lebih banyak mengalami persalinan yang abnormal. Uterus wanita yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan. Hal ini disebabkan pada ibu dengan paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi atonia uteri. Atonia uteri pada ibu dengan paritas tinggi terjadi karena kondisi miometrium dan tonus ototnya sudah tidak baik lagi sehingga menimbulkan kegagalan kompresi pembuluh darah pada tempat implantasi plaseta yang akibatnya terjadi perdarahan postpartum.20
Ante Natal Care (ANC)
Frekuensi ANC menunjukan kepedulian ibu hamil dalam merawat dan memperhatikan kesehatan dirinya salama hamil dan bayi yang dikandungnya serta betul-betul mempersiapkan persalinan yang akan dihadapi. Semakin sering melakukan ANC, berarti ibu tidak peduli untuk merawat kehamilannya (careness). Hal ini juga berhubungan dengan keterjangkauan (acessibilitas) pelayanan kesehatan, kemampuan ibu dari segi biaya dan kemauan (kesediaan) ibu dalam merawat kehamilannya. Standar pemeriksaan oleh WHO dan direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan adalah minimal 4 kali selama kehamilan.21 Hal ini untuk mengetahui perkembangan janin dan adanya kelainan-kelainan yang terjadi selama kehamilan. Terutama pada trimester ketiga kehamilan, pemeriksaan berperan untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu, misalnya anemia dan kondisi janin untuk menyiapkan proses persalinan. Sehingga apabila keadaan dapat diperbaiki, makan persalinan dapat berjalan normal.22 Berdasarkan hasil ini, kami mendapatkan Ante Natal Care (ANC) > 4 kali yang dilakukan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan chi-square antara variabel ANC dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,03 (p < 0,05).23 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak J dkk mengenai hubungan jumlah pemeriksaan antenatal dengan hasil kehamilan dan persalinan dengan menggunakan analisa data uji chi square dengan α = 0,05 didapatkan p = 0.001 yang menyatakan bahwa ibu dengan jumlah pemeriksaan antenatal < 4 kali lebih banyak melakukan persalinan dengan tindakan, sebaliknya ibu dengan jumlah pemeriksaan antenatal > 4 kali lebih banyak melakukan persalinan dengan persalinan spontan.19 Penelitian Supriyati, Doeljachman dan Susilowati juga menyimpulkan bahwa ibu hamil yang mempunyai riwayat ANC yang kurang akan bersiko 6,2 kali lebih besar untuk mengalami distosia persalinan sebagai salah satu indikasi persalinan dengan tindakan.24
Senam Hamil
Berdasarkan penelitaian ini didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara senam hamil dengan jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan uji Chi square antara variabel senam hamil dengan variabel jenis persalinan diperoleh p = 0,001(p < 0,05). Senam hamil berperan untuk memperkuat kontraksi dan mempertahankan kelenturan otot-otot dinding perut, ligamenligamen, otot-otot dasar panggul dan lain-lain yang menahan tekanan tambahan dan berhubungan dengan persalinan.25
            Secara fisiologis, latihan ini akan membalikkan efek stress yang melibatkan bagian parasimpatik dari system saraf pusat. Parasimpatik akan memperlambat kerja alat-alat internal tubuh. Seiring dengan penurunan tingkat hormon penyebab stress maka seluruh badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat. Dengan senam hamil vaskularisasi dari rahim ke plasenta menjadi lebih baik yang menjamin suplai oksigen dan nutrisi ke janin mencukupi. Latihan-latihan yang dilakukan pada senam hamil tujuan utamanya adalah agar ibu hamil memperoleh kekuatan dan tonus otot yang baik, teknik pernapasan yang baik, yang penting dalam proses persalinan terutama saat persalinan kala II dalam hal ini adalah power pada persalinan.26 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari PY, didapatkan adanya hubungan antara senam hamil dengan kejadian persalinan normal (p value = 0,01).27    Sama seperti penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Aulia H, Hindun S, dalam analisis hubungan antara senam hamil dengan proses persalinan diperoleh bahwa Ibu yang melakukan senam hamil dengan persalinan normal sebesar 61,06% sedangkan yang tidak normal sebesar 34,85% didapatkan adanya hubungan bermakna antara senam hamil dengan proses persalinan kala II (p value = 0,014, OR = 0,419), dengan kata lain ibu-ibu yang tidak senam hamil mempunyai risiko untuk terjadinya partus tidak normal sebesar 0,419 kali dibandingan ibu-ibu yang senam hamil.28
Berat Badan Lahir Bayi
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan berat badan lahir bayi memiliki pengaruh yang bermakna terhadap jenis persalinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil uji dengan Fisher antara variabel berat badan lahir bayi dengan jenis persalinan diperoleh p = 0,002 (p< 0,05) yang menandakan adanya hubungan yang signifikan antara berat badan lahir bayi dengan jenis persalinan. Hasil penelitian kami sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lidya K, dkk, yang menyatakan adanya hubungan antara makrosomia dengan kejadian persalinan cesario sectio. Hal ini dibuktikan denga analisis data dengan p value = 0,03 (p value< 0,05).29
Hal ini sesuai pula dengan teori yang menyatakan bahwa berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan normal. Besarnya janin dalam uterus dan ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini sehingga berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan dan sesuai dengan mekanisme persalinan merupakan suatu proses dimana kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelvik dengan menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelvik melalui proses sinklitismus, sinklitismus posterior, sinklitismus anterior, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi, rotasi eksternal dan ekspulsi total.30
Namun pada beberapa kasus proses ini tidak berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan letak dan presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung lama, akibat ukuran dan posisi kepala janin selain presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul yang disebabkan berbagai faktor diantara berat badan bayi dan paritas.30 Ukuran bayi berhubungan dengan jalan lahir. Apabila ukuran bayi yang terlalu besar membuat bayi sulit keluar dari jalan lahir. Ini membuat opsi persalinan dengan tindakan harus dipikirkan untuk meminimalkan hambatan/ risiko pada proses kelahiran seperti robekan jalan lahir yang terlalu besar, partus lama/ memanjang, dan gawat janin.31
Daftar Pustaka
1.      Siswosuharjo & Charawati. (2010). Panduan super lengkap hamil sehat. Semarang. Pesona Plus B.h.4-5
2.      Hardianti U, Amir Y M, Balqis. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Antenatal Di Puskesmas Pattingalloang Kota Makasar 2013. Jurnal Akk 2013; No.2 (2): 35-41.
3.      Ridwanamiruddin. Preeklamsi. Diunduh dari (http://ridwanamiruddin.files. com/2007/09/currentbarupreeklamsi.pdf). Diakses Jumat 02 Juni 2017.
4.      Saifuddin, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.h.58.
5.      Umba et al. Pre-pregnancy high risk factors at first antenatal visit: how predictive are these of pregnancy outcomes?.Int J Women Health 2014. 6 : 1011-8.
6.      Annisa, Silvia. Faktor-faktor risiko persalinan seksio sesearea di rsud dr.adjidarmo lebak pada bulan oktober-desember 2010. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2011.
7.      Roosmalen van J, Brand R. Maternal height and the outcome of labor in rural Tanzania. Int J Gynecol Obstet 1992; 37: 169–77.
8.      Camilleri AP. The obstetric significance of short stature. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 1981; 12: 502–7.
9.      Nurmala, Dwi St,  Rimba, Putra. Evaluasi persalinan setelah seksio sesarea Di RS labuang baji makassar selama tiga tahun. Makassar : PenelitianObsgin Sosial Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makassar Bagian Obstetri dan Ginekologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo; 2007.
10.  Herlina T, Kritiana L, Subagyo. Hubungan tinggi badan dengan risiko cephalopelvic disproportion di RSUD dr. harjono s kabupaten ponorogo tahun 2008. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2011; 2 : 18-22.
11.  Notoatmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.h.101.
12.  Rohmah N. Pendidikan prenatal upaya promosi kesehatan bagi ibu hamil. Jakarta: Gramata Publishing; 2009.h.40.
13.  Simanjuntak, dll. Hubungan jumlah pemeriksaan antenatal dengan hasil kehamilan dan persalinan di rsup prof. Dr. R.d. kandou manado. 
  1. Walangadi NN, Kundre R, Silolonga W . Hubungan pengetahuan ibu hamil primigravida trimester iii dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi persalinandi poli KIA puskesmas Tuminting. Jurnal Kesehatan Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2014.h.1-8
15.  Shodiqoh ER, Syahrul F. Perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan antara primigravida dan multigravida. Jurnal Berkala Epidemiologi 2014; 2 (1) : 141-50.
16.  Suyati, Azizah N, Adawiyah SR. Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan.
  1. Hartatik S, Juaria H. Profil umur dan pekerjaan ibu bersalin persalinan cesar yang mempunyai riwayat persalinan cesar . Jurnal Kesehatan Griya Husada. 1(2).h.1-5.
18.  Harun HM, dkk. Hubungan karakteristik dan perilaku ibu dengan status persalinan di wilayah pesisir kecamatan tallo makassar. 2000. Makasar; Unhas.
19.  Edyanti DB, Indawati R. Faktor pada ibu yang berhubungan dengan kejadian komplikasi kebidanan. Jurnal Biometrika dan Kependudukan 2014; 3 (1) : 1-7.
20.  Winarsih L. Hubungan tingkat pengetahuan, paritas, dan usia ibu hamil dengan jenis  persalinan di rumah sakit bersalin pemerintah kota malang. Jurnal Kebidanan 2009. 1-17.
  1. Departemen Kesehtan RI. Pelayanan kesehatan ibu hamil resiko tinggi. Jakarta. Depkes. 1996
  2. Machmudah. Pengaruh persalinan dengan komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya post partum blues di kota semarang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.
  3. Machmudah. Pengaruh persalinan dengan komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya post partum blues di kota semarang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.
24.  Supriyati, Doeljachman, Susilowati. Faktor sosio demogradi dan perilaki ibu hamil dalam perawatan anternatal sebagai risiko kejadian distokia di RSUP Dr Sardjito yogyakarta. Berita Kesehatan Masyarakat. 2000. vol XVIII; no 2 p : 65-70.
25.  Depkes. RI. Standar pelayanan kebidanan. Jakarta 2007.
26.  Varney H. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2006.
27.  Wulandari PY. Efektivitas senam hamil sebagai pelayanan prenatal dalam menurunkan kecemasan menghadapi persalinan pertama. Jurnal Insan 2006; 8 (2) : 1-10; 136-45.
28.  Aulia H, Hindun S. Pengaruh senam hamil terhadap proses persalinan normal di klinik YK Madira Palembang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 2010;42(1) : 2782-7.
29.  Brabin L, Verhoeff F, Brabin BJ. Maternal height, birth weight and cephalo-pelvic disproportion in urban Nigeria and rural Malawi. Acta Obstet Gynecol Scand 2002; 81: 502–7.
30.  Wiknjosastro H, Saifuddin A.B., Rachimhadhi T., editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2005.h.171-191.
31.  Manuaba dkk. Buku Ajar Patalogi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Edisi I. Jakarta: EGC;2006.h.289-31.